SUKABUMIVIRAL.COM - Dalam topografi " The Hammond World Atlas" yang diterbitkan oleh Time (USA) tahun 1980 tertulis Sunda Islands memakai hurup kapital sebagai sebutan bagi seluruh kepulauan yang ada di Nusantara.
Sebutan Sunda Islands maksudnya tentu saja adalah Kepulauan Sunda. Hal tersebut masih sejalan dengan peta yang dibuat oleh Portugis dan Belanda di masa silam yang membagi Nusantara menjadi dua gugusan kepulauan, yaitu Sunda besar dan Kepulauan Sunda Kecil.
Bumi Jawa Barat merupakan bagian dari Sunda Islands yang luas wilayahnya hampir sepertiga dari Pulau Jawa, terjadi setelah munculnya Benua Asia.
Dataran-dataran tinggi di Jawa Barat, pertama kali muncul dari dasar laut di perkirakan pada akhir zaman Miosen, yaitu bagian dari zaman Tertier.
Proses terbentuknya gunung-gunung berapi, bukit-bukit, dan dataran-dataran tinggi di Jawa Barat berlangsung terus sampai zaman Piosen atau Tertier akhir. Dataran-dataran rendah di bagian utara Jawa Barat pada umumnya terbentul akibat pengendapan aluvial dan lahar dari pengikisan lapisan-lapisan vilkanis tertier pegunungan berapi di bagian selatan Jawa Barat.
1- Dataran Banten
2- Dataran Jakarta
3- Dataran Bogor
4- Dataran Bandung, dan
5- Dataran Pegunungan Selatan
1- Dataran Banten, keadaan alamnya berhubungan erat dengan Selat Sunda dan Sumatra Selatan, terbentuknya gunung - gunung berapi di dataran tersebut serta terjadinya endapan di kedua tep Selat Sunda (Lampung dan Banten) diakibatkan oleh lapisan tuffa. Keadaan tersebut di duga terjadi pada zaman Tertier menjelang zaman Kwarter. Dataran rendah Banten di duga terbentuk akibat pelipatan-pelipatan pada masa Tertier akhir oleh endapan tuffa Kwarter dan aluvial.
2- Dataran Jakarta meliputi daerah yang terbentuk dari Serang, Rangkasbitung, Jakarta, hingga Cirebon. Dataran Jakarta merupakan dataran rendah yang terjadi akibat pengikisan lapisan pegunungan berapi dari daerah pedalaman.
3- Dataran Bogor terdiri atas gugusan pegunungan berapi dari daerah Jasinga hingga sungai Cipamali dan Bumiayu di Jawa Tengah, dengan puncak-puncak gunungnya: yaitu gunung Sanggabuana, Bukit Tunggul, Tampomas dan Ceremay.
4- Dataran Bandung yang memiliki gugusan pegunungan depresif akibat lapisan Tertier, terbentang dari Pelabuhan ratu melalui Lembah Cimandiri, Dataran Bandung dan Garut sampai ke lembah Citanduy, berujung di Sagara Anakan.
Depresi dataran Bandung diduga terjadi setelah pembentukan lengkung puncak- puncaknya yang hancur karena depresi pada zaman Akhir Tertier.
Di perbatasan dataran Bogor dan Bandung terdapat puncak- puncak Pegunungan berapi dari zaman Kwarter, diantaranya; Gunung Kendeng, Gunung Salak, Gunung Pangrango, Gunung Gede, Gunung Burangrang, Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Calangcang dan Gunung Cakrabuana.
Di perbatasan dataran Bandung dan dataran Pegunungan Selatan terdapat Gunung Kendeng, Gunung Patuha, Gunung Tilu, Gunung Malabar, Gunung Papandayan dan Gunung Cikuray.
Dataran Bandung dan dataran Garut terpisahkan oleh Gunung Mandalawangi, Gunung Guntur, Gunung Galunggung, Gunung Talagabodas, Gunung Sadakeling, dan Gunung Sawal, membentang hingga lembah Citanduy.
Sebagian dari dataran tinggi Bandung dikelilingi oleh karang-karang Tertier serta memiliki endapan- endapan aluvial dan Vulkanis dari pegunungan berapi yang berusia muda, endapan-endapan tersebut diantaranya:
1- Lapisan Miosen dan Tertier dekat Sukabumi.
2- Lapisan Oligo-Miosen di lereng - lereng Rajamandala dan.
3- Lapisan Oligo-Miosen di sebelah selatan Citanduy.
Di bagian timur dataran Bandung mempunyai puncak-puncak depresif yang lebih tinggi dan dataran lembah Citanduy diantaranya:
1- Gunung Sangkur dekat Banjar, dan
2- Sebelah Barat Rawa Lakbok.
Dataran depresi lainya terdapat sepanjang lembah Citanduy sampai ke Sagara anakan, kemudian bersambung ke lembah sempit aluvial Cicangkring, Karangpuncang, Lumbir, Karang Ayah dan Wangon.
5, Dataran Pegunungan Selatan ( Kidul) terbentang dari Pelabuhanratu sampai Nusakambangan, bagian barat dari dataran ini dinamakan sebagai dataran Jampang, bagian tengahnya disebut dataran Pangalengan, dan bagian timurnya disebut dataran Karangnunggal. (Bersambung)
Redaktur : Bratakusumah
Sumber : Yuganing Rajakawasa (Saleh Danasasmita)
Social Header