Breaking News

Jejak Peradaban History " Raja - Raja Salakanagara dan Tarumanagara"

SUKABUMIVIRAL.COM - Pada masa pemerintahan Dewa Warman VIII, kehidupan penduduk makmur Sentosa, ia sangat memajukan kehidupan keagamaan. Di antara penduduk ada yang memuja Wisnu, namun jumlahnya tidak seberapa. Ada yang memuja Siwa, ada yang memuja Ganesa, dan ada pula yang memuja Siwa  - Wisnu. Yang terbanyak pemeluknya adalah agama Ganesa atau Ganapati.
       Mata pencaharian penduduk ialah berburu di hutan, berniaga, menangkap ikan di laut dan di sungai, beternak, bertanam buah-buahan, bertani dan sebagainya. 
     Sang Raja membuat candi dan patung Siwa Mahadewa dengan hiasan bulan sabit pada kepalanya (Mardhacandrakapala) dan patung Ganesa (Ghayanadewa) juga patung Wisnu untuk para pemujanya. Penduduk selalu berharap agar hidup mereka sejahtera jauh dari kesusahan dan mara bahaya.
  
   Dewawarman VIII mempunyai putra putri beberapa orang, yang sulung seorang putri bernama Iswari Tunggal Pertiwi Warmadewi atau Dewi Minawati. Yang kedua, seorang putra bernama Aswawarman. Ia diangkat anak sejak kecil oleh Sang Kudungga, penguasa Bakulapura. Kemudian, ia dijodohkan dengan putri Sang Kudunga. Yang ketiga, seorang putri bernama Dewi Indari yang kelak diperistri oleh Maharesi Santanu Raja Indraprahasta yang pertama, Putra Sang Dewawarman VIII yang lainnya tinggal di Sumatera dan menurunkan para raja di sana. Di antara keturunannya, kelak adalah Sang Adityawarman. Anggota keluarganya yang lain tinggal di Yawana dan Semenanjung. Putranya yang bungsu menjadi putra mahkota kelak setelah ayahnya wafat. Ia menggantikannya menjadi penguasa Salakanagara.      
      Permaisuri Dewawarman VIII ada dua orang. Permaisuri yang pertama yaitu Rani Sepatikamawa Warmandewi yang menurunkan raja-raja di Jawa Barat dan Bakulapura. Permaisuri yang kedua bernama Candralocana, putri seorang Brahmana dan Calankayana di India. Ia merusakan raja-raja di Pulau Sumatera, Semenanjung dan Jawa Tengah. 

TARUMANAGARA
       
   Upaya penelitian pendahulu,secara arkeologis, sejarah Jawa Barat masih diselumuti kegelapan. Upaya para peneliti dalam menyikapi kegelapan telah dilakukan sejak lama. Sampai pada tahun 1980-an, hasil penelitian tentang Tarumanagara sebagai kerajaan tertua di Pulau Jawa masih samar-samar. Dengan begitu, dalam buku-buku pelajaran sejarah di sekolah-sekolah sejarah tentang Tarumanagara masih sangat minim.       
     Bukti arkeologis yang dianggap sebagai pemandu keberadaan kerajaan Tarumanagara di Jawa Barat, yaitu Prasasti Ciaruteun yang ditemukan pada aliran sungai Ciaruteun, Kabupaten Bogor. Untuk mencegah pelapukan akibat erosi, Prasasti yang bertuliskan huruf Palawa dan berbahasa sansekerta itu, pada tahun 1981 diangkat dan disimpan dalam lindungan cukup.Prasasti tersebut berada di wilayah pemerintahan Kecamatan Cibung bulang. 
      Tulisan yang terdapat pada Prasasti Ciaruteun sebanyak empat baris yang masing-masing terdiri dari delapan suku kata yang tulisannya sebagai berikut. 
"Vikkrantasyavanipateh, Primatah purnnavarmanah, Tarumanagarendrasya, Vishnoriva padadavayam"

Terjemahan menurut Profesor Vogel adalah sebagai berikut " Kedua jejak telapak kaki yang seperti jejak kaki Wisnu ini kepunyaan penguasa dunia yang gagah berani yang termashur Purnawarman Raja Tarumanagara,".
         Dari bacaan prasasi tersebut dapat disimpulkan bahwa Purnawarman adalah seorang raja Tarumanagara yang menganut agama Hindu aliran Waisnawa. Akan tetapi prasasi tersebut belum memberi petunjuk tentang lokasi keratonnya.
    Selain tulisan pada prasasi Ciaruteun, terdapat juga lukisan yang berbentuk ikal dan sepansang  tanda yang mirip gambar laba-laba atau "Matahari".Kedua lukisan tersebut sering jadi perdebatan para ahli epigrafi. Timbulah dugaan bahwa Purnawarman adalah pemuja Surya. Kemudian setelah dihubungkan dengan lukisan telapak kaki menghasilkan tafsiran," lukisan telapak kaki itu sendiri dianggap melambangkan langkah Raja Purnawarman ke surga yang dipersamakan dengan perjalanan matahari, dari mulai terbit kemudian mencapai titik tertinggi, terbenam, sampai akhirnya terbit kembali". 

Dari prasasti kebun kopi yang ditemukan di lahan perkebunan kopi milik Jonathan Rigg, tidak jauh letaknya dari prasasti Ciaruteun. Terdapat batu bertuliskan dengan tanda telapak kaki gajah, berhuruf Palawa, dan berbahasa Sansekerta yang tulisannya sebagai berikut. 
"Jayavicalasya tarumendrasya hastinah -Airavatabhasya vibhatidam padadvayam"

Terjemahannya sebagai berikut."( Ini ) dua jejak telapak kaki Airawata yang perkasa dan cemerlang. Gajah kepunyaan penguasa Taruma yang membawakan kemenangan,"

Prof Vogel mengartikannya "Airawata - Like Elephant" Gajah yang menyerupai Airawata, tunggangan Dewa Indra dalam mitologi Hindu. ( Bersambung,,,,) 

Redaktur : Bratakusumah
Sumber   : Yuganing Rajakawasa (Saleh Danasasmita)
© Copyright 2024 - SUKABUMI VIRAL | MENGHUBUNGKAN ANDA DENGAN INFORMASI MELALUI SUDUT BERITA