Breaking News

Jejak Peradaban History ", Aki Tirem Sang Aki Luhur Mulya"

SUKABUMIVIRAL.COM - Terkait sejarah masa silam atas ketidaksepakatan para ahli tentang Jawa Barat, Wangsakerta Cirebon dalam Pustaka Rajyarajya I bhumi Nusantara yang ditransliterasi dan diterjemahkan oleh Dr. Saleh Danasasmita sebagai berikut. Pada awal Tarikh Saka, datang orang-orang dari Barat yaitu dari negeri Singa atau Sri Langka, Saliwahana dan Banggala di bumi Bharatawarca atau India. Mereka tiba di Pulau Jawa dengan perahu. Mula-mula mereka menuju ke Jawa Timur lalu ke Jawa Barat karena kegiatan perdagangannya dengan penduduknya pribumi di sini.      
      Asal-usulnya juga orang-orang pendatang dari kawasan benua utara yang Leluhurnya tiba di Pulau Jawa, beberapa ratus tahun lebih dahulu. Barang-barang yang dibawa oleh para pendatang baru ini diantaranya bahan pakaian, perhiasan berupa ratna, emas perak, permata, mustika, obat-obatan, bahkan bahan makanan serta perabot kebutuhan rumah tangga. Ada pun bahan-bahan yang dibelinya di sini yaitu rempah-rempah serta hasil bumi seperti beras dan sayuran. 
  
  Di antara mereka ada yang terus menetap di sini menjadi penduduk Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Nusa Bali. Demikian pula di Sumatera, Kalimantan dan lain-lain di pulau-pulau bumi Nusantara yang disebut juga Dwipantara. Karena penduduk di Pulau Jawa telah menguasai berbagai ilmu. Mereka sangat menghargainya, tidak bermusuhan dan kaum pendatang itu diterima sebagai tamu dengan penuh rasa kasih dan rasa persaudaraan. Kehidupan penduduk di sini makmur. Mereka Menamakan Pulau-pulau. Di bumi Dwipantara ini,terutama Pulau Jawa laksana surga di muka bumi. Oleh karena itu mereka selalu merasa bahagia hidupnya. Demikianlah keadaan mereka itu selama tinggal di sini. 
     Banyak di antara mereka memperistri gadis di sini. Kemudian beranak-pinak mereka mengetahui bahwa Pulau Jawa subur tanahnya, subur tumbuh-tumbuhannya. Oleh karena itu beberapa tahun kemudian datanglah orang-orang dari Langkasuka, Saimwang dan Ujung Mengiani  (Semenanjung), ke Jawa Barat dan bumi Sumatera dengan perahu. Lalu mereka menetap di situ karena berjodoh dengan putri penduduk. Selanjutnya mereka tidak kembali ke negeri asal.Kemudian mereka masing-masing mendirikan rumah besar untuk tempat tinggal keluarganya, rumah itu diberi kaki maka disebut rumah panggung dan Kolong rumah itu digunakan untuk kandang tempat hewan peliharaan mereka.
  
   Mereka itu bergabung untuk bergotong royong (Samakarya) membangun rumah dan menebang pohon di hutan. Ikut pula bergabung ahli pembuat rumah atau hundagi dan pandai besi. Para pendatang dari India itu ada juga yang mengajarkan agama yang dianutnya dan mensiarkan kepada penduduk di desa-desa. Mereka mengajarkan pujaan yang disebut Dewa Iswara yaitu Dewa Brahmana, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa. Yang disebut Trimurtiswara. Juga masih banyak dewa lain yang dipujanya selain itu.
  
   Walaupun demikian mereka tidak saling bertentangan dalam penyebaran agamanya. Karena mereka berhasil menemukan cara yang tepat karena penduduk di sini keturunan kaum pendatang juga. Sejak dahulu mereka memuja roh, api, bulan, matahari dan sebagainya. Singkatnya mereka itu memuja roh. Kaum pendatang baru dari India Selatan ini telah  menguasai berbagai ilmu karena mereka telah mempelajari di negeri asalnya. Mereka tidak menghalangi pemujaan yang dianut penduduk di sini. Hanya nama pujaannya yang berganti disesuaikan dengan adat penduduk di sini. Dengan cara demikian mereka tidak menemui kesulitan untuk mempelajarinya,pemuja api disamakan dengan pemuja Dewa Agni, Pemujaan matahari disamakan dengan pemujaan Dewa Aditya atau Dewa Surya dan seterusnya. Ada pun pemujaan roh besar disamakan dengan pemujaan Hyang Wisnu, Hyang Siwa dan Hyang Brahma. Yang disebut pemujaan tiga dewa atau tri murti. Tak lama kemudian, banyaklah penduduk di sini yang memeluk agama baru itu.
     Sementara itu banyak yang diantara para pendatang yang menikahi putri para penghulu penduduk desa yang kelak anaknya akan menggantikan kedudukan kakeknya. Oleh karena itu, desa-desa di Pulau Jawa makin lama makin dikuasai oleh keturunan kaum pendatang. Demikian pula penduduk dan kekayaannya begitu pula penduduk menjadi tidak berdaya, penghulu desa itu telah dijungjungnya menjadi sang penguasa, putra pendatang baru atau cucu yang sang penghulu menjadikan semua tanah sebagai miliknya atau berada di bawah kekuasaannya. 
    Sementara itu, keadaan desa-desa tetap makmur dan hasil pertanian melimpah karena Pulau Jawa subur tanahnya, demikian pula pulau-pulau lain di Dwipantara. Oleh karena itu, antara tahun 80 sampai 320 Saka, sangat banyak perahu yang datang dari berbagai negeri di Pulau Jawa. Di antaranya dari negeri India, Cina, Banggala, dan Campa. Banyak di antara mereka itu yang membawa anak istri beserta sanak keluarganya, lalu menetap di Pulau Jawa dan di pulau-pulau lain di Nusantara dan menjadi penduduk di sini. 
    Ada yang datang membawa perahu besar, ada yang datang beserta pendeta, agama wisnu, dan agama lainnya. Setiba di sini mereka lalu mengajarkan agama mereka kepada penduduk desa, kemudian mereka pun tinggal di situ. Ada pun pendeta agama siwa datang,ada yang datang di Jawa Timur dan Jawa Tengah mengajarkan agama mereka kepada para penghulu dan pemuka masyarakat di sana. Di antara pendatang itu berasal dari keluarga Calankayana dan Palawa di bumi India. Dari dua keluarga inilah yang saling banyak datang, membawa perahu besar kecil di bawah pimpinan Dewawarman dari keluarga Palawa. Mereka itu datang di Jawa Barat sudah dua kali untuk tujuan berdagang. 
   Selanjutnya, mereka mengikuti Dewa warman karena mereka telah menjadi penduduk di situ. Lagipula banyak di antara mereka yang telah mempunyai anak. Setelah Aki Tirem wapat, Sang Dewawarman menggantikannya sebagai penguasa di situ. Dengan nama Nobat Prabu Darmalokapala Dewawarman Haji Raksa Gapura Sagara sedangkan istrinya Pohaci Larasari menjadi permaisuri dengan nama Nobat Dewi Dwani Rahayu dan Kerajaannya diberi nama Salakanagara atau Negeri Perak. (Bersambung...) 

Redaktur : Bratakusumah
Sumber   : Yuganing Rajakawasa (Saleh Danasasmita) . 
© Copyright 2024 - SUKABUMI VIRAL | MENGHUBUNGKAN ANDA DENGAN INFORMASI MELALUI SUDUT BERITA