SUKABUMIVIRAL.COM - Di wisata Batu Tapak yang terletak di kaki Gunung Salak, tepatnya di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Desa Cidahu, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, kita akan menjumpai sosok inspiratif bernama Julius. Pria berusia 60 tahun ini berasal dari Papua, Irian Jaya. Setelah menetap selama 25 tahun di Desa Cidahu dan menganut agama Katolik, Julius memiliki kisah hidup yang penuh makna.
Julius, dikenal sebagai sosok yang ramah dan bersahaja, perjalanan hidup Julius memberikan inspirasi bagi banyak orang. Dengan keyakinan Katolik yang kuat, ia mampu mengatasi berbagai tantangan hidup dan berkontribusi pada komunitas setempat dengan cara yang unik dan berarti.
Saat tim Sukabumiviral.com mengunjungi kediamannya, pada Sabtu, 12 Juni 2025. Julius berbagi kisah perjalanan hidupnya yang menginspirasi. Ia tiba di Cicurug pada awal tahun 1998, dan kemudian memutuskan untuk berpindah ke Desa Cidahu sekitar tahun 2000.
"Saat itu, kondisi Cidahu masih sangat sepi dan belum ada listrik. Saya pun masih meng gunakan Petromax untuk penerangan. Banyak yang menganggap tempat ini terpencil dan kurang layak untuk tinggal, tapi saya justru merasa senang dapat hidup dekat alam," ujarnya Julius.
Sejak tahun 2000, ia mulai membuka wisata alam dengan nama Wisata Batu Tapak, meskipun dengan fasilitas yang sederhana. Kehadirannya diterima baik oleh masyarakat setempat.
Proses adaptasinya di daerah yang jauh berbeda ini tidaklah mudah. Mengenang perjalanan awalnya, Julius menggambarkan bagaimana bahasa, budaya, dan lingkungan baru menjadi tantangan tersendiri. Namun, berkat semangat dan tekad yang kuat, ia mampu membentuk hubungan baik dengan masyarakat setempat dan berintegrasi dengan cepat. Ketulusan hatinya untuk bergaul memudahkan dirinya diterima oleh warga Desa Cidahu.
Dalam hal toleransi beragama di Cidahu, Julius merasa sangat positif. Menurutnya, selama 25 tahun ia menetap tidak pernah mengalami masalah. Bahkan, ia pernah diangkat sebagai Ketua DKM di Masjid Raihan.
"Toleransi antara umat beragama di sini berjalan harmonis. Walaupun saya Nasrani, itu tidak menjadi masalah. Kami saling menghormati," katanya.
Julius dalam setiap ceritanya menyampaikan pentingnya menerima perbedaan dan menjunjung tinggi toleransi. Ia meyakini bahwa setiap individu memiliki kontribusi yang berharga untuk kemajuan masyarakat. Refleksi hidupnya yang mendalam mengajak setiap orang untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, serta memupuk rasa kasih sayang terhadap sesama.
Di Wisata Batu Tapak, sering kali diadakan kegiatan oleh berbagai tamu gereja dari Jakarta untuk beribadah. Semua kegiatan berjalan baik, tidak pernah mendapati larangan ibadah. Menurut Julius, Ibadah itu suatu hal yang sangat pribadi dan Negara menjamin kebebasan dalam beribadah.
Selama tinggal di Desa Cidahu, Julius tidak hanya berfungsi sebagai penduduk biasa. Ia aktif terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan keagamaan. Dengan latar belakangnya yang kaya, ia sering berbagi pengalaman dan wawasan kepada generasi muda, mendorong mereka untuk mengenali nilai-nilai kebersamaan dan kepedulian sosial. Kehadirannya menjadi simbol persatuan antar suku dan agama yang berbeda, yang sangat penting dalam menjaga keharmonisan di tengah masyarakat yang multikultural.
"Dialog yang baik itu penting. Komunikasi harus dilakukan jauh-jauh hari agar tercipta hubungan yang harmonis. Setiap kejadian pasti ada hikmahnya," pesannya.
Cerita ini bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga mencerminkan semangat dan keteguhan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Dengan bekal pengalaman dan wawasan yang luas, Julius mampu menunjukkan bahwa setiap langkah yang diambil memiliki arti dan tujuan.
"Dimana Bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Setiap kali kita datang ke suatu tempat, kita harus menghargai adat dan budaya setempat. Ingat, semua kejadian pasti ada sebab dan akibat yang harus kita renungkan.!" Pungkas Julius. (Us/Joy/Fadil)
<< Post Views: 8.924
Social Header