![]() |
Gambar Foto: (Ilustrasi) |
Saat ditemui di kediamannya oleh media Sukabumiviral.com bang Mey mengatakan, bahwa setelah melihat beberapa pekerjaan dari proyek Pemerintah Kabupaten Sukabumi terkait kondisi jalan yang sedang di perbaiki, dengan kasat mata, matrial yang di gunakan di duga tidak sesuai dengan speck, karna melihat pagunya.
"Salah satu contohnya, perihal tentang kualitas pekerjaan pengaspalan, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh pengawas agar kualitas aspal bisa terjamin dengan baik, pertama adalah Kadar aspal yang tidak sesuai Job Mix Formula," ujarnya.
Lebih lanjut, bahwa Job Mix Formula (JMF) adalah komposisi material penyusun aggregat aspal yang dibuat di laboratorium sebelum pelaksanaan di lapangan mulai. JMF ini dijadikan acuan untuk pekerjaan aggregat aspal di lapangan. Jika dalam JMF menyebutkan kadar aspal yang harus dipakai min 6,2% maka kadar aspal yang digunakan di lapangan harus 6,2%.
"JMF ini tidak paten selama proyek, melainkan bisa berubah sesuai kondisi lapangan dan harus di acc oleh Konsultan pengawas. Sebagai kontraktor tidak boleh merubah kadar aspal di lapangan kecuali JMF juga ikut berubah," ungkapnya
Menurutnya, apabila kadar aspal yang digunakan di lapangan lebih kecil dibanding kadar aspal di JMF akan berakibat fatal pada mutu aggregat aspal di lapangan. Hal itu disebabkan daya rekat dan fleksibilitas akan menjadi tidak maksimal. Hasilnya setelah pengaspalan selesai jalan akan menjadi retak rambut.
"Jika terjadi retak rambut maka air hujan akan masuk ke struktur di bawahnya. Jika dibiarkan terus air akan merusak struktur bawahnya dan memperparah aggregat aspal," jelasnya.
Lebih lanjut, bahwa yang harus diperhatikan adalah salah satu penyebab kerusakan aspal yang sering terjadi adalah aggregat aspal sudah dingin ketika sampai di lapangan, alasannya adalah jarak AMP (Asphalt mixing plant) dengan lokasi pengaspalan terlalu jauh. Namun alasan itu tidak bisa dibenarkan karena kontraktor terikat dengan spesifikasi dan kontrak.
"Lalu berapa sih suhu penghamparan aspal yang benar? Suhu aspal yang normal pada saat dituangkan di asphalt finisher adalah 135-150ã…‡ c. Biasanya sebelum dihamparkan akan diperiksa terlebih dahulu menggunakan termometer," jelasnya.
Kemudian apabila suhu aspal menjadi dingin dan kurang dari suhu yang diisyaratkan maka aggregat aspal menjadi keras menggumpal. Aggregat aspal yang menggumpal akan menyebabkan aggregat aspal susah di padatkan sehingga density aspal menjadi berkurang. Apakah pengawas lapangan mengecek suhu ketika aspal akan dihamparkan ?
"Hal ini sangat penting karena LPA dan LPB belum keras tetap dipaksakan dilakukan pengaspalan. LPA adalah lapis pondasi atas yang terletak tepat di bawah aggregat aspal sedangkan LPB adalah lapis pondasi bawah yang terletak di bawah LPA dan diatas tanah dasar.
"Seringkali dalam pelaksanaan di lapangan lebih mengutamakan percepatan tanpa memperhatikan kualitas pekerjaan. Karena alasan percepatan LPA atau LPB yang belum keras langsung ditimpa dengan aggregat aspal," ungkapnya.
Bahwa faktor penyebab lainnya terjadi kerusakan pada jalan aspal adalah kurangnya pemadatan menggunakan alat berat. Pemadatan aspal biasa menggunakan 2 alat yaitu tandem roller dan PTR (pneumatic tire roller). bahwa jumlah passing pemadatan aspal memang tiap proyek berbeda-beda namun biasanya dilakukan uji trial terlebih dahulu untuk mengetahui jumlah passing.
"Hasil uji trial tersebut dijadikan acuan untuk pekerjaan di lapangan. Apabila jumlah passing di lapangan lebih sedikit dari saat trial maka tingkat kepadatan akan berkurang," bebernya.
Penutup dari pengalaman kami yang biasa mengerjakan proyek jalan Nasional adalah Komposisi abu batu, banyak orang yang sering mengabaikan peranan material abu batu ini. Padahal dalam campuran aggregat aspal abu batu sangat membantu dalam kerekatan. Faktor ini juga akan menentukan tingkat kepadatan dan kelenturan aggregat aspal.
"Pada campuran aspal AC-WC akan membutuhkan abu batu lebih banyak dibandingkan AC-BC karena lapisan AC-WC harus lebih rapat dan kedap terhadap air. Jika material abu batu ini dikurangi atau tidak sesuai dengan JMF maka akan menimbulkan kerusakan pada lapis aggregat aspal.
"Semua kembali kepada kebijakan yang diterapkan oleh PPK, Konsultan Perencanaan dan Konsultan Pengawas apakah mereka bekerja secara profesional atau hanya mengejar volume pekerjaan dibanding dengan kualitas aspal itu sendiri," ucap tegas sepengatahuan bang Mey. (JY)
Redaktur : Usep
<< Post Views: 4.627
Social Header