SUKABUMIVIRAL.COM - Bahwa dari prasasti kebon kopi, hanya bisa diduga Purnawarman memiliki seekor gajah yang bernama Airawata yang membawa kejayaan dalam berperang.
Prasasti ketiga yang ada hubungannya dengan Tarumanagara adalah yang disebut prasasti pasir jambu. Prasasti ini ditemukan di puncak pasir (bukit) Koleangkak, Desa Panyaungan, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Dahulu daerah tersebut merupakan perkebunan jambu, sehingga dalam literatur sejarah dikenal sebagai prasasti Pasir Jambu.
Tulisannya hanya dua baris huruf Palawa berbahasa sangkeseketa yaitu bunyinya sebagai berikut :
- Priman data krtajnyo narapatir asamo yah pura taruna yang namja cri purnnavarmma pracuraripucara bedyavikhyatavarmmo
- Tasyedam padavimbadvayan arinagarotsadane nityadak saham bhaktanam yandripanam bhavati sukhakarm calya bhutam ripunam
Terjemahannya sebagai berikut : Lukisan dua telapak kaki ini kepunyaan yang termasyur setia dalam tugasnya (yaitu) Raja tanpa tandingan yang dahulu memerintah Taruma bernama Sri Purnawarman yang baju perisainya tidak dapat ditembus oleh tombak musuh-musuhnya, yang selalu menghancurkan Kota (benteng) musuh, yang gemar menghadiahkan makanan dan minuman lezat kepada mereka (yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya.
Baju perisai (zirah) yang dikenakan oleh Purnawarman dianggap sama dengan milik Dewa Surya. Kemudian yang selalu menghancurkan kota (benteng) dianggap sifat ini dimemiliki oleh Dewa Indra.
Ketidakjelasan obyek dalam kata-kata :
1. musuh-musuhnya.
2. Kota (benteng ) musuh.
3. Mereka dan
4. musuh- musuhnya.
Sulit dilacak siapa yang disebut "musuh" , "Musuh-musuhnya" dan mereka itu ?
Prasasti Pasir Jambu hanya mengungkapkan kedigjayaan. Purnawarman sebagai penguasa Tarumanagara, kemungkinan pembuat prasasti tersebut memuji - muji Purnawarman setelah rajanya yang digjaya itu sudah meninggal dunia.
Prasasti lainnya yang mendukung keberadaan Purnawarman dengan kerajaan Tarumanagaranya adalah prasasti Cidangiang. Prasasti tersebut ditemukan di aliran sungai Cidangiang, Desa Lebak, Kecamatan munjul, Kabupaten Pandeglang. Selain tulisan huruf Palawa dan berbahasa Sansekerta, pada prasasti Cidagiang terdapat lukisan sepasang telapak kaki.
Tulisan yang ada pada prasasti Cidangiang bacaan terdiri dari empat baris yaitu :
- Vikrantayan Vanipateh
- Pabbhuh satyaparakramah
- Narendraddhvajabutena primatah
- Purnnavarmmanah
Terjemahannya sebagai berikut :
(Ini tanda) penguasa dunia yang berkasa, Prabu yang setia serta penuh kepahlawanan yang menjadi panji segala raja yang termashur Purnawarma".
Prasasi yang dianggap melengkapi keberadaan Purnawarman adalah Prasasi Tugu ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajayav (Cilingcing), Kabupaten Bekasi. Prasasi tersebut bertuliskan huruf Palawa dan berbahasa Sansekerta yang berbacaannya menurut Prof. Vogel sebagai berikut :
- pura rajadhirajena guruna pinabahuna khata khyata puri prapya
- candrabhagamnava yayau // pravarddamana dvavica dvat-sare prigunaujasa narendradhvajabutena
- primata purnnavarmmana //prarabhya phalgunemase khata
krsna tsami tithau caitraçukla trayodaçya dinai siddhaika vincakai
- ayata shatsahasrena dhanusha (m) sa catena ca dvavincena nadi ramya gomati nirmalodaka // pitamahasya rajashervvidarya çibiravani
- brahmanair ggosahasrena prayati krtadakshhino.
Terjemahan sebagai berikut:
"Dahulu sungai Candrabaga digali oleh Rajadirajaguru yang berlengan kuat (besar kekuasaannya), setelah men-
capai kota yang mashur, mengalirlah ke laut. Dalam tahun ke-22, pemerintahannya semakin sejahtera, panji segala raja, yang termashur Pumawarman, telah menggali saluran sungai Gomati yang indah, murni airnya, mulai taggal 8 bagian gelap bulan Palguna dan selesai dalam 20 hari. Panjangnya 6122 busur mengalir ke tengah-tengah tempat kakeknya, Sang Rajaresi. Setelah selesai dihadiahkan 1000 ekor sapi kepada para brahmana."
Dari bacaan tersebut dapat dilacak bahwa Purnawarman bukan Raja Tarumanagara yang pertama. Tokoh Rajadirajaguru dan Sang Rajaresi, tokoh di luar diri Purnawarman.
Ditemukannya lima prasasti yang ada hubungannya dengan berita lama tentang Purnawarman dan Tarumanaga tidak diserta
angka tahun. Dengan begitu dalam buku pelajaran sejarah di sekolah-sekolah, hanya dapat menyebutkan angka perkiraan abad ke 5 Masehi ( Bersambung,,,,)
Redaktur : Bratakusumah
Sumber :Yuganing Rajakawasa (Saleh Danasasmita)
Social Header