SUKABUMIVIRAL.COM - Prospek perekonomian global pada tahun 2026 diperkirakan akan menghadapi tantangan yang lebih berat dibandingkan tahun 2025. Analisis terbaru sejumlah lembaga internasional dan ekonom menyoroti eskalasi konflik geopolitik, fragmentasi aliansi ekonomi, serta gangguan rantai pasok sebagai faktor utama yang menekan stabilitas dan pertumbuhan dunia.
Ketidakpastian pasar global diprediksi semakin meningkat seiring rivalitas negara-negara besar. Hal ini akan berimbas pada pelemahan investasi, terbatasnya perdagangan internasional, serta meningkatnya tekanan terhadap pasar keuangan.
Pengamat ekonomi, Yudi Prangga SE., menekankan bahwa langkah antisipatif perlu segera disiapkan pemerintah untuk menghadapi risiko tersebut.
“APBN harus diperkuat sebagai instrumen shock absorber. Belanja negara perlu difokuskan untuk menjaga daya beli masyarakat sekaligus mendukung sektor produktif,” ujarnya. Kamis (2/10/2025).
Menurut Yudi Prangga risiko transnasional seperti konflik siber dan perang dagang harus ditangani secara kolektif agar ekonomi global dapat pulih secara inklusif dan berkelanjutan, terutama di tengah tantangan global yang semakin kompleks.
“Tatanan ekonomi dunia yang bersifat multipolar dan terfragmentasi memerlukan inovasi dalam kerjasama ekonomi, baik secara bilateral maupun multilateral,” tambahnya.
Faktor Utama yang Menekan Ekonomi Global 2026:
(1). Konflik Geopolitik dan Geoekonomi : Meningkatnya ketegangan antar negara berpotensi mengganggu stabilitas pasar, menekan perdagangan, serta memperlebar fragmentasi aliansi global.
(2). Pergeseran Tatanan Global: Dinamika kekuatan ekonomi dunia diperkirakan memicu volatilitas tinggi di pasar keuangan, sekaligus menurunkan kepercayaan investor.
(3). Gangguan Rantai Pasok: Krisis logistik dan hambatan distribusi internasional diperkirakan meningkatkan biaya produksi dan memperlambat pemulihan industri.
(4). Pelemahan Daya Beli: Ketidakstabilan ekonomi global dapat menurunkan konsumsi masyarakat, terutama di negara berkembang yang masih bergantung pada impor.
(5). Tekanan Nilai Tukar: Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan menekan mata uang negara lain, termasuk rupiah, yang berdampak pada inflasi dan harga barang impor.
Dampak bagi Indonesia.
Indonesia tidak dapat menghindari dampak dari dinamika global tersebut. Potensi pelemahan nilai tukar, naiknya harga impor, hingga biaya produksi dapat berimplikasi pada daya beli masyarakat serta stabilitas pertumbuhan ekonomi nasional.
Menurut para analis, strategi mitigasi yang efektif meliputi diversifikasi perdagangan, penguatan industri dalam negeri, serta kebijakan fiskal yang adaptif. Upaya tersebut diharapkan dapat menjadi benteng bagi Indonesia dalam menghadapi badai ketidakpastian global yang diprediksi lebih kuat pada 2026.
Menurut para analis, beberapa strategi mitigasi yang efektif neliputi diversifikasi perdagangan, penguatan industri domestik, serta kebijakan fiskal yang adaptif, Upaya-upaya ini diharapkan dapat menjadi benteng bagi Indonesia dalam menghadapi badai ketidakpastian global yang diperkirakan akan semakin kuat pada tahun 2026. (Fadil)
<< Post Views: 3.864

Social Header