Breaking News

Jejak Peradaban History " Raja - Raja Salakanagara dan Tarumanagara"

SUKABUMIVIRAL.COM - Prasasti Tugu cenderung mengisahkah bahwa raja sangat memperhatikan kesejahteraan rakyat. Penggalian sungai yang dilakukan oleh tokoh Rajadirajaguru, belum jelas kegunaannya. Apakah hal tersebut untuk mencegah banjir, atau untuk mengairi lahan pertanian? Sebab, setelah usai mengerjakan penggalian sungai, yang panjangnya kira-kira 11 kilometer itu, kemudian Sang Purnawarman menghadiahkan 1000 ekor sapi kepada para brahmana.Sulit dibayangkan : 
1. untuk apa sapi sebanyak itu?
2.tepatkah para brahmana berternak sapi?
      Sapi sebagai "Nandi" dalam agama Hindu, keberadaannya termasuk binatang yang dianggap suci. Nandi adalah kendaraan Dewa Wisnu. Suatu hal yang tidak mungkin, jika 1000 sapi itu diperlakukan sebagai hewan potong atau sebagai tenaga penarik
pedati ataupun penarik bajak pertanian. Kaum Brahmana sebagai pemegang kasta tertinggi, tidak mungkin mengerjakan pekerjaan sebagaimana halnya kaum Sudra atau Waisa. Atau 1000 sapi itu hanya simbolik dari 1000 nilai kesucian? Prasasti Tugu tetap masih menyajikan teka-teki yang memerlukan jawaban pasti bagi kepentingan sejarah.
     Apapun hasil penelitian pendahulu, bangsa asing atau bangsa Indonesia sendiri, dengan keminiman bukti arkeologi, telah berupaya semaksimal mungkin untuk mengidentifikasi
Tarumanagara sebagai primadona sejarah Jawa Barat.
CATATAN FA-HSIEN

Berita dari China yang berasal dari pendeta Budha Fa-hsien mengungkapkan bahwa pada tahun 414 Masehi, Ye-p'o-ti, banyak ditemukan orang-orang yang beragama Hindu dan beragama "kotor". Menurut Fa-hsien, yang menganut agama Budha hanya sedikit yang dimaksud agama "kotor" oleh Fa-shien, kemungkinan sebenarnya adalah "kepercayaan asli" penduduk Tarumanagara.
     Hal tersebut tidak mengherankan karena kalau dilihat dari sisi agama Budha, agama "kotor" dimaksud adalah agama di luar agamanya, dan di luar agama Hindu yang ia ketahui.Ye-p'o-ti diduga lafal China untuk menyebutkan Yawadwipa.Akan tetapi, para akhli cenderung menganggap Ye-p'o-ti itu terletak di Semenanjung Malaka (Malaysia). 
      Anggapan tersebut berdasarkan catatan Fa-Hsien sendiri bahwa ia kembali dari India naik kapal dagang dari Ceylon (Srilangka). Kapal yang ditumpanginya, baru dua hari berlayar, mereka telah diserang badai selama 13 hari. Setelah badai reda, kapal layarnya mendapat perbaikan disebuah pulau. Pelayaran dilanjutkan mengikuti jalur yang biasa ditempuh. Fa-shien tinggal lama di Ye-p'o-ti. Kemudian, melanjutkan perjalanan langsung menuju arah timur laut.
       Sulit diterima oleh akal, bila kapal dagang yang diamuk badai selama 13 hari kemudian dapat merapat ke Selat Sunda. Badai tersebut adalah badai Muson yang akan menyeret kapal layar itu ke arah barat-daya menjauhi Selat Sunda. Di Ye-p'o-ti Fa-shien menunggu angin muson barat-daya, yang akan membawanya pulang ke Kanton. Jika ia berlayar dari Tarumanagara langsung ke timur-laut, tentu kapal layar yang ditumpanginya akan menabrak Pulau Kalimantan. Oleh sebab itu Ye-p'o-ti oleh para ahli digeser ke Semenanjung Malaysia.
        Wolters membahas perjalanan Fa-shien tersebut, tanpa menyinggung kemungkinan lokasi Ye-p'oti. Wolters membandingkannya dengan pelayaran yang dilakukan oleh Tome Piresi dari Malaka ke Kanton tanpa berhenti selama 45 hari dengan kapasitas kapal layarnya yang lebih baik (kapal Portugis). Menurut Wolters, jarak pelayaran Fa-shien selama 50 hari leboh cocok untuk jarak Malaka-Kanton. Berita dari China lainnya, mengungkapkan bahwa pada tahun 528.535,666, dan 669 Masehi, pernah datang utusan dari To-lo-mo, yang lokasinya di sebelah selatan negeri China. Kemungkinannya, pengucapan To-lo-mo dalam lafal China adalah Taruma.
(Bersambung,,,) 

Redaktur : Bratakusumah
Sumber   : Yuganing Rajakawasa (Saleh Danasasmita) . 



© Copyright 2024 - SUKABUMI VIRAL | MENGHUBUNGKAN ANDA DENGAN INFORMASI MELALUI SUDUT BERITA