_Fenomena ribuan gelondongan kayu yang terbawa arus deras banjir di wilayah Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat bukan sekadar puing pascabanjir, melainkan sinyal bahwa krisis kehutanan dan tata kelola lahan di hulu sungai mulai “menampakkan dirinya.”_
Kayu-kayu yang hanyut bukan potongan kecil hasil kikisan arus, melainkan balok dan gelondongan besar yang umumnya berasal dari kawasan hutan produksi atau hutan lindung. Kondisi ini memancing spekulasi bahwa banjir kali ini bukan hanya faktor cuaca ekstrem, tetapi juga akibat kerusakan hutan yang selama ini tersembunyi.
Pakar Lingkungan: Ini Bukan Musibah Biasa
Pemerhati lingkungan dan Kebijakan Publik, Ahmad Zulkarnain, M. AP., menilai bahwa fenomena kayu hanyut tersebut merupakan indikasi kuat adanya deforestasi masif yang sudah berlangsung lama. Hilangnya tutupan vegetasi membuat tanah kehilangan daya serap air dan mempercepat terjadinya banjir bandang.
“Banjir ini adalah alarm keras. Gelondongan kayu sebesar itu tidak akan ada di sungai jika hutan masih berdiri utuh,”_ ujarnya.
Selain memicu banjir, kayu-kayu tersebut turut menghambat proses evakuasi di lokasi bencana, memperparah kerusakan infrastruktur, dan meningkatkan risiko jatuhnya lebih banyak korban.
Kemenhut Telusuri Asal Kayu, Publik Minta Transparansi
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan masih melakukan penyelidikan. Dirjen Gakkum KLHK menyebut ada beberapa kemungkinan sumber kayu tersebut, mulai dari pohon tumbang alami, kayu bekas tebangan resmi, hingga potensi penyalahgunaan izin kawasan oleh pemegang hak kelola.
Namun, banyak pihak menilai pemerintah perlu membuka hasil investigasi secara terang.
DPR RI Siap Panggil Menteri untuk Klarifikasi
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Alex Indra Lukman, dalam waktu dekat menjadwalkan pemanggilan Menteri LHK untuk menjelaskan asal-usul kayu hanyut dan penindakan terhadap pihak yang terlibat jika terdapat unsur kesengajaan atau kejahatan lingkungan.
“Bencana yang membawa ribuan batang kayu tidak boleh dianggap sebagai kejadian alam biasa. Nanti pada Kamis tanggal 4 Desember pukul 14.00 WIB, kita sudah mengundang Kementerian Kehutanan,"_ kata Alex di kompleks parlemen, Senin (1/12/2025).
Banjir dan Deforestasi: Dua Masalah yang Tidak Bisa Dipisahkan
Fenomena banjir kayu di Sumatra menjadi cermin buruknya tata kelola lingkungan, dan mempertegas bahwa mitigasi bencana tidak bisa hanya bergantung pada peringatan cuaca ekstrem.
Kerusakan ekologis di hulu menjadi faktor utama yang memperparah dampak bencana di hilir.
Peristiwa ini menjadi peringatan keras bagi pemerintah dan publik bahwa banjir bukan hanya soal debit hujan, tetapi soal bagaimana manusia memperlakukan hutan dan tanahnya. Transparansi, penegakan hukum, dan pengawasan izin hutan menjadi kunci agar tragedi serupa tidak terulang.
Redaktur : Fadil
<<Post Views: 1.846

Social Header